GARUT EXPRESS– Jajang Badrujaman, yang lebih dikenal sebagai Abah Muda, mengungkapkan ketidak puasannya terkait keterlambatan dalam pemberian bantuan kesehatan yang diajukan kepada Badan Amil Zakat Nasional ( Baznas ) Kabupaten Garut. Kasus ini menyoroti masalah yang serius dalam proses penyaluran bantuan kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat yang kurang mampu.
Abah Muda, selaku aktifis kesehatan menceritakan pengalaman keluarganya yang mengajukan permohonan bantuan kesehatan untuk dua anggota keluarga yang sedang sakit. Seorang ponakan Abah Muda didiagnosis menderita sakit ginjal pada tahun 2023 dan harus dirawat di RSUD, meskipun memiliki BPJS. Namun, biaya harian di rumah sakit membuat beban ekonomi keluarga yang terbatas semakin berat,” tutur Jajang Badrujaman, Senin 09 Oktober 2023.
“Permohonan bantuan kesehatan diajukan kepada Baznas pada tanggal 25 Juli 2023. Tak lama kemudian, saudara Abah Muda, Muhammad Saepul Jamil, juga jatuh sakit dengan masalah ginjal dan penyakit tulang yang membuatnya hampir lumpuh. Mereka juga mengajukan permohonan bantuan kesehatan pada tanggal 4 Agustus 2023.

Meskipun surat permohonannya telah diterima oleh Baznas dan direncanakan penyelesaian dalam waktu dua minggu, keterlambatan dan ketidak jelasan dalam proses pengajuan 2 bulan lebih lamanya membuat keluarga Abah Muda semakin khawatir. Upaya untuk mendapatkan penjelasan dari pihak Baznas hanya mendapatkan jawaban singkat, “mohon ditunggu.” Selebihnya jawaban dari pihak baznas tidak adanya anggaran setiap pemohon harus menunggu karena dari baznas harus mencari dulu anggarannya keluar.
Kejutan yang tidak terduga datang ketika Abah Muda mencoba berkomunikasi dengan Basnas melalui pesan WhatsApp. Salah satu nomornya diduga diblokir oleh ketua Basnas, tanpa alasan yang jelas. Tindakan ini menimbulkan pertanyaan tentang komitmen Baznas dalam membantu masyarakat yang membutuhkan, terutama dalam bidang kesehatan.
Abah Muda, yang dikenal sebagai tokoh yang aktif membantu masyarakat miskin, merasa keberatan dengan kurangnya komunikasi dan transparansi dari pihak Basnas. Dia juga mempertanyakan alasannya diblokir, sedangkan tujuannya hanya untuk membantu keluarga yang berada dalam kategori keluarga miskin.
Kasus ini menimbulkan pertanyaan serius tentang transparansi dan efisiensi dalam penyaluran bantuan kesehatan oleh Baznas. Masyarakat mengharapkan penjelasan yang jelas dari Basnas mengenai keterlambatan ini dan memastikan bahwa bantuan tersebut benar-benar sampai kepada mereka yang membutuhkannya. Kejadian ini menekankan perlunya reformasi dalam sistem penyaluran bantuan kesehatan untuk lebih baik lagi.
Saudaranya yang sebulan lalu dirawat di RSUD sudah seharusnya di bawa ke RSHS Bandung, dikarenakan alasan ekonomi sodaranya tersebut yang bernama Muhammad Saeful Jamil hanya dirawat dirumah sambil menunggu bantuan dari baznas untuk oprasional ke RSHS Bandung, tapi bantuan tersebut tak kunjung datang kondisi Saeful makin memburuk sehingga sekarang dirawat lagi di RSUD.(*)