• Disclaimer
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
  • Tentang Kami
Sunday, June 26, 2022
Garut Express
Advertisement
  • Beranda
  • News
    • Berita Umum
    • Luar Negeri
    • Nasional
    • Politik
  • Budpar
    • Pariwisata
    • Seni & Budaya
  • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Forum
    • Opini
    • Surat Pembaca
    • Satire
    • Profil
    • Reportase Khusus
    • Sindir Sampir
  • Data
  • Olahraga
  • GE Tv
  • Ototekno
    • Motor
    • Mobil
    • Gawai
    • Komputer
  • Next
    • Banyolan
    • Berita Photo
    • Cerbung
    • Cerpen
    • Kuliner
    • Kesehatan
    • Lapak Express
    • Nomor Penting
      • Hotel
      • Kantor Pos
      • Polisi
      • Puisi
No Result
View All Result
  • Beranda
  • News
    • Berita Umum
    • Luar Negeri
    • Nasional
    • Politik
  • Budpar
    • Pariwisata
    • Seni & Budaya
  • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Forum
    • Opini
    • Surat Pembaca
    • Satire
    • Profil
    • Reportase Khusus
    • Sindir Sampir
  • Data
  • Olahraga
  • GE Tv
  • Ototekno
    • Motor
    • Mobil
    • Gawai
    • Komputer
  • Next
    • Banyolan
    • Berita Photo
    • Cerbung
    • Cerpen
    • Kuliner
    • Kesehatan
    • Lapak Express
    • Nomor Penting
      • Hotel
      • Kantor Pos
      • Polisi
      • Puisi
No Result
View All Result
Garut Express
No Result
View All Result

Upaya Mengeliminasi Stigma”Wisata Mahal” pada  Industri Pariwisata di Garut

Redaksi GE by Redaksi GE
June 8, 2022
in Opini
0
Upaya Mengeliminasi Stigma”Wisata Mahal” pada  Industri Pariwisata di Garut
Bagikan Berita Ini :

oleh:

Ivi Daspi A.Md.Par SE

Penulis Adalah: Asessor Kompetensi Pariwisata & Pangajar pada Prodi Perhotelan ARS University

Membuka kembali file jejak digital tentang isu wisata mahal di Garut beberapa tahun lalu menggelitik pemikiran penulis bahwa hal ini bukanlah isu sepele  yang dibiarkan begitu saja berlalu tanpa ada solusi bagi perbaikan kualitas pariwisata Garut ke depan.. Stigmatisasi tersebut  bisa saja  kembali berhembus menghantam kredibilitas dan nama baik daerah di tengah upaya pemerintah dan seluruh  stakeholder membangkitkan kembali iklim kepariwisataan di Garut pasca Pandemi Covid-19, apabila tidak segera dibenahi akar permasalahannya. Bukan untuk mencari penyebab sifatnya subyektif namun menemukan  solusi yang obyektif bagi kemajuan pariwisata jangka panjang.

Harus selalu dipahami bersama bahwa industry  pariwisata dan semua unsur pembentuk karakteristik di dalamnya tidaklah berdiri secara parsial,namun bersifat holistic yang menimbulkan multiflier effect bagi masyarakat di sekitarnya..Sebagai contoh kasus-kasus yang terjadi dan muncul ke permukaan media,dapatlah dikatakan karena ulah oknum di dalam suatu wilayah destinasi wisata atau akomodasi yang tidak menempatkan persepsi pelanggan (baca:tamu) dalam kegiatan bisnisnya.Seperti pepatah “akibat nila setitik,rusak susu sebelanga” Sehingga hanya akibat ulah satu oknum saja  maka hancurlah nama baik pariwisata daerah.Isu harga dan pelayanan yang cenderung alakadar dan pragmatis adalah embrio masalah, di sisi lain, hak keamanan dan kenyamanan wisatawan telah dilindungi oleh negara melalui  Undang-Undang No 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan.

Beberapa point yang menjadi isu hangat misalnya persoalan harga tiket masuk destinasi,harga kamar,makanan minuman, dan fasilitas lainnya yang dianggap terlalu mahal oleh wisatawan sekligus netizen. Berbicara kata ‘mahal’ umumnya dilihat dari parameter harga (price atau rate) yang ditawarkan kepada wisatawan .Dalam hal ini  penetapan harga yang dianggap tidak sesuaidengan kualitas pelayanan yang diberikan pengelola wisata menjadikan jurang persepsi tamu akan penilaian obyek destinasi wisata  semakin lebar. Pengelola dianggap hanya melihat dari aspek internal berupa profitabilitas,sementara mengesampingkan factor needs and wants nya pengunjung. Sebagai akibatnya kekecewaan tamu kemudian digeneralisir  lalu diviralkan dalam platform media dan social media sebagai kategori wisata mahal. Hal ini menjadi  beban moral juga  kontraproduktif bagi  para stakeholder di tengah upayamemajukan pariwisata di kabupaten Garut.

Pendekatan Persepsi,Fasilitas & Pengelolaan Fasilitas

Dalam menilai kelaikan suatu produk dan jasa, pelanggan umumnya melihat dari dua sudut pandang, yaitu persepsi harga dan persepsi kualitas. Harga sesuai daya beli dan pelayanan prima,tentu itu suatu hal yang ideal. Namun tidak jarang ada juga tipe tamu yang tidak ambil peduli dengan persoalan harga asalkan pelayanan yang diterima berkualitas dan memenuhi harapannya sehingga tercapailah kepuasan tamu dalam berwisata (worthy) Persepsi tamu tentang kualitas selain aspek keramahan (hospitality) pekerja wisata juga factor pengelolaan fasilitas.

Persepsi Kualitas Pelayanan & Fasilitas

Dari tiga belas jenis usaha pariwisata  yang tercatat dalam undang-undang kepariwisataan,tentang, keseluruhannya  bersinggungan dengan aspek persepsi tamu terhadap obyek destinasi wisata  dan pengelolaan fasilitas. Ini belum dikaitkan jika harus  dinilai dari indeks kesesuaian wisata dan daya dukung kawasan di mana obyek destinasi wisata tersebut berada.

Persoalan persepsi atau sudut pandang wisatawan terhadap produk wisata memang bersifat relative sesuai pengamatannya. Akan tetapi pada titik tertentu rangsangan indera yang diterima akan cenderung sama antar wisatawan satu dan lainnya misalnya tentang persepsi pelayanan. Menurut Young (2010) persepsi merupakan sebuah aktivitas berupa mengindra, mengintegrasikan, serta memberikan penilaian pada objek-objek fisik ataupun lingkungan social. Penginderaan tersebut tergantung kepada stimulus fisik dan lingkungan social internal selama dan pasca kunjungan.Sebagaimana salah satu karakteristik usaha hospitality yaitu bersifat simultainity,dimana proses produksi,dalam hal ini proses melayani dan konsumsi terjadi pada saat yang bersamaan (Yoeti,2004).Penginderaan tamu terhadap proses pelayanan dan kondisi internal lingkungan destinasi atau akomodasi,pada saat dikonsumsi dan dinikmati tamu,jelas akan mempengaruhi persepsinya.Baik atau buruk produk atau puas dan tidaknya pelayanan.Kebutuhan wisatawan tidak hanya menikmati keindahan alam atau keunikan objek wisata melainkan memerlukan sarana dan prasarana wisata  berupa fasilitas.Kelaikan fasilitas  yang dianggap tidak sesuai dengan ekspektasinya,menghasilkan kekecewaan mendalam yang akan dibawa menjadi suatu cerita sehingga melahirkan stigma.

Fasilitas merupakan sarana dan prasarana yang mendukung operasional objek wisata untuk mengakomodasi segala kebutuhan wisatawan, tidak secara langsung mendorong pertumbuhan tetapi berkembang pada saat yang sama atau sesudah atraksi (Spilanne,1994).Fasilitas utama,pendukung dan penunjang,memiliki kecenderungan orientasi kepada atraksi di suatu lokasi wisata karena fasilitas harus berada pada market nya. Selanjutnya untuk mendukung kepuasan wisatawan tentang fassilitas,diperlukan manajemen fasilitas dengan pertimbangan kriteria berikut,yaitu kualitass pelayanan,standarisasi dan pengemasan (packaging).Aspek pelayanan sangat menentukan keberhasilan pengelolaan karena prisip dasar pariwisata adalah service industry.Untuk menghasilkan pelayanan prima hendaklah memenuhi standarisasi dengan mengacu kepada Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia dan juga Standarisasi Laik Usaha.Sedangkan pertimbangan pengemasan yang dimaksud adalah bagaimana pengelola obyek wisata dan akomodasi mengemas suatu produk wisata  seperti atraksi seni dan budaya juga fasilitas menjadi suatu suguhan menarik yang memuaskan dan melahirkan kenangan bagi wisatawan.

Persepsi Tentang Harga

Kecenderungan wisatawan dalam menikmati suatu produk wisata pada umumnya memilih pendekatan harga sesuai daya belinya. Tidak jarang wisatawan akan memilih paket-paket wisata yang memberikan gimmick menarik berupa potongan harga dan benefit lainnya yang ditawarkan pengelola.Persoalan harga ini memiliki sensitivitas tinggi yang mempengaruhi keputusan membeli konsumen .  Untuk itu ,para pengelola obyek wisata hendakalah memahami strategi penetapan harga sebelum meluncurkan kepada masyarakat umum. Harga adalah nilai tukar dari satuan produk yang dinyatakan dalam satuan uang. Berbagai metode penetapan harga dapat dipilih sesuai dengan jenis dan ruang lingkup usaha wisata. Setidaknya Menurut Kotler & Keller,2012,terdapat enam skema penetapan harga  yaitu  penetration  price(harga penetrasi),skimming price (harga pada saat peluncuran),follow the leader price (mengikuti harga market leader),variable price (harga sesuai tingkat permintaan & penawaran),peak load price  (pembebanan harga tinggi pada produk tertentu)  dan pricing line  (mematok harga berbeda  pada lini produk yang berbeda).Dari berbagai tipe penetapan harga tersebut,pengelola wisata hendaklah memahami kembali orientasi  tujuan  dari penetapan harga yaitu yang berorientasi pendapatan,orientasi kapasitas dan orientasi kepada pelanggan.Maka merujuk kepada berbagai permasalahan isu tersebut diatas, strategi penetapan harga produk wisata berdasar orientasi pelanggan hendaknya menjadi prioritas,tanpa mengesampingkan factor keuntungan dan kapasitas pelayanan.Selanjutnya jika orientasi yang diambil mengacu kepada kebutuhan pelanggan (tamu) maka perlu memperhatikan tiga indicator kebutuhannya yaitu berupa keterjangkauan harga,potongan harga dan metode pembayaran.

Pemasaran Terintegrasi

Sebagai suatu service industry, bisnis wisata memerlukan konsep pemasaran yang terintegrasi (integrated marketing).Pemasaran terintegrasi adalah  upaya pemasaran yang tepat untuk mempromosikan produk atau layanan yang memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen dan pada saat yang sama, memberikan  keuntungan bagi organisasi atau perusahaan Keseimbangan inilah yang harus tetap diperhatikan oleh pengelola wisata yaitu bagaimana menempatkan  pelaku wisata di dalam persepsi wisatawan berupa needs & wants,dengan tetap menjalankan proses pencapaian profit yang berimbang bagi perusahaan,sesuai metode penetapan harga yang digunakan.

Pemasaran pariwisata selalu berhubungan dengan product tangible & intangible dan tidak dapat dievaluasai sebelum dikonsumsi ,sehingga menjadikan pentingnya pengaruh interpersonal merupakan aspek penting dalam proses pengambilan keputusan bagi konsumen dalam mengkonsumsi produk jasa tersebut.Maka bagaimana mengeliminasi ulasan-ulasan buruk tentang destinasi wisata yang sempat viral adalah sejauh mana para pengelola usaha wisata dan para pelaku pariwisata  mulai lebih  memahami karakteristik bisnis pariwisata itu sendiri dengan tepat.(*)

Ivi Daspi A.Md.Par SE


Bagikan Berita Ini :
Tags: Garutstigmawisata mahal
Previous Post

Alah Siah Boy! Utang Guru PNS di Garut Mencapai Rp2 Triliun di BJB

Next Post

Taktik Shin Tae Yong Mulai Bertaji, Indonesia Menang Atas Kuwait 2-1

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Berita Terbaru

Diancam Miliki Data Penyimpangan, Kepala Sekolah di Pakenjeng Jadi Korban Pemerasan Oknum Wartawan

Diancam Miliki Data Penyimpangan, Kepala Sekolah di Pakenjeng Jadi Korban Pemerasan Oknum Wartawan

June 25, 2022
Satu Tewas, Pelajar di Malangbong Bawa Motor Bonceng Tiga Hilang Kendali di Belokan

Satu Tewas, Pelajar di Malangbong Bawa Motor Bonceng Tiga Hilang Kendali di Belokan

June 24, 2022
RPJMDes Tidak Transparan, RT dan RW di Desa Godog Ramai-ramai Mengundurkan diri

RPJMDes Tidak Transparan, RT dan RW di Desa Godog Ramai-ramai Mengundurkan diri

June 22, 2022
Dituding Salahgunakan Banprov, Pemdes Mekarsari: Penggunaan Dana Sesuai Juknis

Dituding Salahgunakan Banprov, Pemdes Mekarsari: Penggunaan Dana Sesuai Juknis

June 21, 2022
Diskominfo Garut Segera Bagikan STB TV Digital Gratis, Cek Syaratnya di Sini

Diskominfo Garut Segera Bagikan STB TV Digital Gratis, Cek Syaratnya di Sini

June 21, 2022
Aktivis Lintas Generasi Berkumpul di Garut, Bicarakan Ancaman Politik Identitas

Aktivis Lintas Generasi Berkumpul di Garut, Bicarakan Ancaman Politik Identitas

June 21, 2022
Taktik Shin Tae Yong Mulai Bertaji, Indonesia Menang Atas Kuwait 2-1

Taktik Shin Tae Yong Mulai Bertaji, Indonesia Menang Atas Kuwait 2-1

June 9, 2022
Upaya Mengeliminasi Stigma”Wisata Mahal” pada  Industri Pariwisata di Garut

Upaya Mengeliminasi Stigma”Wisata Mahal” pada  Industri Pariwisata di Garut

June 8, 2022
Alah Siah Boy! Utang Guru PNS di Garut Mencapai Rp2 Triliun di BJB

Alah Siah Boy! Utang Guru PNS di Garut Mencapai Rp2 Triliun di BJB

June 8, 2022
Terpilih Jadi Ketua PTMSI Jabar, Nurseno SP Utomo Janji Tegakkan Kehormatan Cabor Tenis Meja

Terpilih Jadi Ketua PTMSI Jabar, Nurseno SP Utomo Janji Tegakkan Kehormatan Cabor Tenis Meja

June 4, 2022
Garut Express

Portal berita garutexpress.id merupakan media online yang menampilkan peristiwa seputar Kabupaten Garut secara tepat, cepat dan akurat.

Currently Playing

Berita Terbaru

  • Diancam Miliki Data Penyimpangan, Kepala Sekolah di Pakenjeng Jadi Korban Pemerasan Oknum Wartawan
  • Satu Tewas, Pelajar di Malangbong Bawa Motor Bonceng Tiga Hilang Kendali di Belokan
  • RPJMDes Tidak Transparan, RT dan RW di Desa Godog Ramai-ramai Mengundurkan diri
  • Dituding Salahgunakan Banprov, Pemdes Mekarsari: Penggunaan Dana Sesuai Juknis
  • Diskominfo Garut Segera Bagikan STB TV Digital Gratis, Cek Syaratnya di Sini
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
  • Tentang Kami

© 2021 Garut Express - Dari Garut Untuk Dunia by Melones Inpreneur.

No Result
View All Result

© 2021 Garut Express - Dari Garut Untuk Dunia by Melones Inpreneur.

Login to your account below

Forgotten Password?

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Please disable your adblocker or whitelist this website!

Reload the pages after disable your AdBlocker. Thanks For Your Support

Nonaktifkan adblocker Anda atau masukan situs web ini ke whitelist!

Muat ulang halaman setelah menonaktifkan AdBlocker Anda. Terima kasih atas dukungannya