garutexpress.id- Adanya bansos (bantuan sosial) beras ternyata berdampak pada menurunya omzet penjualan beras di tingkat penjual pasar tradisional atau petani. Hal tersbut diakui H. Arif Rahman salahseorang pedagang beras di Pasar Cibodas, Jalan Raya Cibodas, Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut, Jawa Barat.
Sejak adanya bansos beras, H. Arif mengaku, omzet dagangan berasnya menurun drastis hingga 60 persen. Ia sempat berpikir dengan adanya bansos beras ini dagangannya laris manis, namun perkiraanya itu meleset.
“Sebelumnya, saya berpikir dengan adanya bansos beras ini dagangan beras ini akan laris dibeli panitia bansos. Namun malah menurun derastis omzetnya, belum lagi dengan adanya PPKM tambah sepi aja jualan ini,” keluhnya, Ahad (05/09/2021).
Arif juga mengaku heran, kenapa pemerintah harus menginfor beras dari luar negeri, sementara beras hasil pertani di Indonesia cukup melimpah.

H. Arif Rahman menunjukan beras premium di kiosnya di kawasan Pasar Cibodas, Jalan Raya Cibodas, Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Ahad (05/09/2021)***
“Saya heran, kenapa pemerintah harus menginpor beras dari luar negeri. Bukankah hasil panen beras dari petani di negeri sendiri cukup melimpah?” katanya.
Arif yang saat ini membuka kios berasnya di Pasar Cibodas Samarang dengan merek dagang “Putra Tunggal” menyediakan beras berkualitas premium dengan berbagai jenis. Harganyapun cukup variatif, mulai dari Rp 9.500, Rp 10.000, Rp 11. 000 hingga Rp 12.000 per kilo gramnya.
Diharapkannya, pemerintah memperhatikan pedagang beras di pasar tradisional. Misalnya, untuk peynediaan beras bansos pemerintah membelinya dari pedagang pasar tradisional atau petani.
“Tentunya saya berharap, pemerintah memperhatikan pedagang beras di pasar tradisonal atau petani. Misalnya, untuk penyediaan bansos beras pemerintah tak harus menginpor. Dengan membeli dari pedagang di pasar atau petani saya kira perekonomian warga akan membantu stabilitas ekonomi negara juga,” ungkap H. Arif. (*)
Reporter : KE