garutexpress.id- Akhir-akhir ini sejumlah warga yang sedang menjalani isolasi mandiri (isoman) akibat terpapar Covid-19 di Kabupaten Garut mengeluhkan sulitnya untuk mendapatkan obat anti virus Covid-19.
Muncul dugaan jika kelangkaan obat anti virus ini akibat terjadinya penimbunan oleh oknum tenaga kesehatan (nakes) dan kasusnya saat ini tengah ditangani Mabes Polri.
“Saya baru selesai menjalani isoman karena saya dinyatakan terkonfirmasi postif Covid-19. Dokter yang menangani saya menyarankan agar saya mengkonsumi obat anti virus yakni Oseltamivir Phosphate dan Favipiravir yang katanya bisa didapatkan di apotek. Namun ketika saya menyruh anak saya untuk membelinya. Ternyata di apotek sulit sekali untuk mendapatkan obat tersebut,” ujar warga Kecamatan Tarogong Kaler berinisial Yu (49).
Setelah hari kedua, tuturnya, anaknya baru berhasil mendapatkan obat tersebut, itupun dengan harga yanag sangat mahal. Berdasarkan harga eceran tertinggi (HET), harga obat tersebut hanya Rp 70 ribu per strip akan tetapi saat itu dijual dengan harga Rp 150 per strip.

Namun demikian Yu mengaku merasa bersyukur karena masih bisa mendapatkan obat tersebut meskipun dengan harga relatif tinggi. Oleh dokter, ia disarankan mengkonsumsi obat tersebut selma lima hari berturut-turut dan memang setelah lima hari, ia jauh merasa lebih baikan.
Keluhan sulitnya mendapatkan obat anti virus juga disampaikan FS (48), warga Kecamatan Garut Kota. Ia dan anggota keluarganya juga terpaksa harus menjalani isoman akibat terpapar Covid-19 tapi tanpa gejala.
FS pun menyuruh salah satu anggota keluarganya yang tak terpapar Covid-19 untuk membantu mencarikan obat Oseltamivir Phosphate dan Favipiravir. Namun hingga hari keempat, ia belum berhasil mendapatkannya karena di semua apotek, obat tersebut tidak tersedia.
“Informasi yang saya dapatkan dari dokter dan sejumlah rekan, katanya obat tersebut bisa didapatkan di apotek-apotek tapi harus dengan resep dokter. Namun ketika saudara saya mau membelinya, ternyata sangat sulit mendapatkannya padahal kami sangat membutuhkannya,” kata FS.
Menurutnya, tersebar informasi jika obat tersebut akhir-akhir ini memang sangat sulit untuk didapatkan dikarenakan adanya pihak-pihak tertentu yang sengaja memborongnya begitu obat sampai di apotek.
Hal ini tentu sangat disayangkannya palagi keberadaan obat tersebut sangat dibutuhkan warga yang tengah menjalani isoman akibat terpapar Covid-19.
Dugaan adanya penimbunan obat anti virus yang melibatkan oknum tenaga kesehatan di Garut, diperkuat dengan adanya pernyataan Ketua Umum LSM Laskar Garut Mandiri (Lagam), Yudi Setia Kurniawan. Pihaknya telah melakukan investigasi terkait adanya dugaan ini dan ternyata penimbunan obat anti virus ini memang terjadi di Garut.
“Kami telah melakukan investigasi terkait adanya dugaan penimbunan obat anti virus yang menyebabkan terjadinya kelangkaan. Hasil investigasi, ternyata penimbunan itu benar-benar terjadi dan ini tentu sangat kita sesalkan,” ucap Yudi.
Disebutkannya, penimbunan obat anti virus di antranya terjadi di wilayah Kecamatan Balubur Limbangan. Ironisnya lagi, penimbunan diduga kuat melibatkan oknum tenaga kesehatan yang bertugas di wilayah tersebut.
“Kami bisa memastikan adanya penimbunan obat anti virus karena kami telah melakukan investigasi. Petugas di beberapa apotek yang ada di wilayah Kecamatan Balubur Limbangan menyebutkan begitu obat datang ke apotek, langsung diborong oleh oknum bidan sehingga ketika ada masyarakat yang mau membelinya, persediaannya di apotek sudah habis,” katanya.
Yudi mengaku sangat menyesalkan adanya perbuatan tak terpuji yang dilakukan oknum tenaga kesehatan ini dan perbuatan itu dinilainya bertentangan dengan Undang-undang Kesehatan. Tak sekedar pelanggaran akibat adanya monopili usaha, perbuatan ini juga jelas-jelas sangat merugikan masyarakat umum bahkan bisa membahayakan keselamatan.
Oleh karena itu, Yudi mendesak aparat penegak hukum untuk segera turun tangan melakukan pengusutan terhadap adanya dugaan penimbunan obat anti virus yang melibatkan oknum tenaga kesehatan di Garut ini. Perbuatan seperti ini tak boleh dibiarkan terus terjadi karena dampaknya sangat fatal apalagi menyangkut kesehatan dan keselamatan nyawa banyak orang.
Menanggapi kasus tersebut, Bupati Garut, Rudy Gunawan menyatakan jika kesulitan untuk mendapatkan obat anti virus memang dirasakan oleh warga terpapar Covid-19 tapi yang menjalani isoman. Sedangkan mereka yang menjalani isolasi dan perawatan di rumah sakit, ketersediaan obat tersebut masih aman.
“Untuk pembeli yang menjalani isoman memang katanya sulit untuk membeli obat untuk mengurangi virus, tapi untuk yang di rumah sakit masih ada. Bahkan di Dinkes (Garut) masih tersedia 50 ribu lebih,” katanya.
Terkait adanya dugaan penimbunan obat anti virus tersebut, Rudy menegaskan jika kasus tersebut saat ini tengah ditangani pihak Mabes Polri. Pihak kepolisian sedang melakukan penyelidikan untuk mengungkap dimana terjadi penyelewengan sehingga di luar dan di apotek katanya obat tersebut tidak ada. (*)
Reporter : Ahen
Editor : KE