Tanaman umbi jenis Garut sangat dikenal warga di Jogjakarta namun nampaknya masih asing di telinga warga Garut Jawa Barat. Nama umbi yang didasarkan daerah penghasil dodol ini sebenarnya kaya manfaat dan menyimpan peluang usaha yang masih terbuka.
Mari kita kenali pohon Garut yang kaya manfaat ini. Bahkan tidak ada salahnya jika Anda ingin melebarkan saya usaha membuat panganan dari pohon Garut ini.

Tanaman Garut, ararut atau irut (Maranta arundinacea) adalah sejenis tumbuhan berbentuk terna yang menghasilkan umbi yang dapat dimakan. Garut tidak pernah menjadi sumber pangan pokok namun ia kerap ditanam di pekarangan di pedesaan sebagai cadangan pangan dalam musim paceklik.
Nama-nama daerahnya di antaranya: sagu (Plg.); sagu bamban (Bat.); sagu belanda, sagu betawi, ubi sagu (Mly.); sagu rarut (Mink.). Juga, patat sagu, larut (Sd.); angkrik, garut, gaerut, irut, larut, rarut, jlarut, klarut, waerut (Jw.); arut, bilus, larut, laru, salarut (Md.); krarus, marus (Bal.); arerut towang, tawang, labia walanta, pi walanda (bahasa-bahasa di Sulut); péda-péda, péda sula, huda sula, hula moa (bahasa-bahasa di Malut).
Terna menahun, tegak, dengan batang-batang yang bercabang menggarpu, tinggi 40–100 cm. Rimpangnya lunak dan membengkak, berdaging, keputih-putihan atau kemerahan, dengan sisik daun putih kemerahan. Daun bertangkai panjang, berpelepah pada pangkalnya dan menebal, dengan helaian bentuk lonjong atau bundar telur-melonjong berujung runcing. Bunga majemuk dalam malai terminal (di ujung batang), zigomorfik, berwarna putih. Buah melonjong, merah tua, gundul sampai berambut.
Garut terutama ditanam untuk umbinya, yang menghasilkan pati yang berkualitas tinggi, berukuran halus dan berharga mahal.[5] Rimpang garut juga dapat dijadikan sumber karbohidrat alternatif untuk menggantikan tepung terigu.[6] Rimpang segar mengandung air 69–72%, protein 1,0–2,2%, lemak 0,1%, pati 19,4–21,7%, serat 0,6–1,3% dan abu 1,3–1,4%.

Tepung garut baik untuk dikonsumsi oleh orang yang lemah atau yang baru sembuh dari sakit, karena mudah dicerna oleh penderita masalah perut atau masalah usus. Tepung ini juga digunakan sebagai pengenyal berbagai macam makanan, bumbu, sup, gula-gula, masakan dan makanan pencuci mulut seperti puding dan es krim. Bubur dari rimpang yang masih segar digunakan sebagai obat oles luka dan luka bernanah; patinya dicampur dengan air atau susu digunakan untuk mengobati masalah-masalah perut (misalnya mengobati keracunan) dan diare. Seluruh bagian rimpang yang belum berserat dapat dimakan dengan cara dikukus atau dipanggang lebih dulu.[4]
Bubur yang dihasilkan dari rimpang dipakai dalam pabrik kertas, karton, bantal dan papan tembok, dan patinya sebagai bahan dasar bedak, lem dan sabun. Ampas sisa pembuatan tepung dimanfaatkan untuk pakan ternak dan pupuk. Daunnya digunakan sebagai pembungkus. Sementara itu, beberapa kultivar garut dengan daun yang berwarna menarik digemari pula sebagai tanaman hias.
Mendulang Rejeki dari Tanaman Garut
Pemanfaatan hutan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat / petani salah satu caranya adalah dengan mengoptimalisasikan lahan di bawah tegakan hutan baik yang ada di dalam kawasan maupaun yang ada di luar kawasan yang dikelola oleh kelompok tani.
Dalam pemanfaatan bawah tegakan hutan, perlu dipilih beberapa jenis tanaman yang mampu hidup dan berkembang di bawah naungan tegakan.Jenis tanaman empon empon dan rimpang seperti : temu, kunyit, jahe, kencur, garut, ganyong, uwi, gembili dan lain sebagainya merupakan tanaman yang biasa ditanam dibawah tegakan.
Diantara jenis tanaman bawah tegakan diatas, tanaman garut dianggap tanaman yang lebih tahan hidup jika tegakan pohon sudah besar. Garut masih mampu tumbuh dengan baik meskipun tajuk ataupun kanopi pohon sudah besar dan menutupi penerimaan cahaya bagi tanaman dibawahnya.

Mengingat kondisi diatas, saat ini garut merupakan tanaman bawah tegakan incaran untuk diversifikasi pangan, serta bisa diolah menjadi beberapa komoditas yang mempunyai nilai ekonomi cukup tinggi. Tanaman yang biasa dipanen di musim kemarau ( sekitar bulan Juni – Agustus) ini, selain dikonsumsi langsung dengan cara merebusnya, juga jika di proses umbinya bisa dijadikan produk jadi maupun setengah jadi. Produk setengah jadi dari garut bisa berupa tepung maupun pati yang mempunyai manfaat luar biasa bagi kesehatan. Sedangkan produksi jadi dari garut ini bisa diolah menjadi emping garut atau emping geger boyo, yang mempunyai cita rasa yang khas dan lebih aman bagi kesehatan dibandingkan dengan emping melinjo.
Dari berbagai produk olahan garut yang saat ini sedang gencar dan berkembang pesat adalah Pati /tepung garut. Pati garut merupakan merupakan salah satu produk olahan yang punya banyak manfaat :
Garut kalau dijual mentah umbian Rp. 3.000,-/kg, diolah jadi tepung atau pati Rp. 40.000,- /kg, jika diolah jadi emping garut Rp. 40.000,- /kg atau emping geger boyo harganya Rp.45.000,- /kg.
Dari beberapa kisaran harga olahan garut, bisa dijadikan pemikiran bagi kelompok tani untuk pengembangan usahanya. Garut yang dijual mentah mempunyai nilai ekonomis lebih rendah jika sudah diolah menjadi berbagai produk. Hal ini bisa dijadikan peluang bagi kelompok tani untuk bisa mengembangkan usahanya baik secara swadaya kelompok maupun membangun kerja sama dengan pihak lain dan pihak terkait.(*)
