GARUT – Peningkatan kasus positif Covid-19 mengkhawatirkan banyak pihak di Garut. Angka kematian yang tinggi ditambah tenaga kesehatan ikut menjadi korban menjadikan Kabupaten Garut meningkatkan kewaspadaan dengan kembali menerapkan Pembatasan Pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).
Berdasarkan data yang berhasil dihimpun,angka kematian akibat COVID-19 di Kabupaten Garut terus meroket naik. Selama 16 hari berlangsung di Bulan Juni 2021, ada 161 warga Garut yang dinyatakan meninggal karena Corona.
Total kasus positif Covid-19 sampai hari ini, Kamis (17/6/2021) tercatat ada 13.367 kasus. Sementara kasus kematiannya mencapai 588 orang.
Humas Satgas Penanganan COVID-19 Garut Yeni Yunita, angka kematian akibat Covid-19 meningkat pada Bulan Juni 2021. Angka kematian mencapai 161 orang.
“Angka kematian di Garut akibat Covid-19 ada 2,6 persen. Itu laporan terakhir yang dipantau juga oleh provinsi. Untuk angka kesembuhannya kita di angka masih 70-an persen,” katanya.
Tujuh Dokter di RSU dr. Slamet Garut Positif Covid-19
Penularan kasus Covid-19 di Garut berlangsung begitu cepat. Tidak hanya warga, para tenaga kesehatan termasuk dokternya ikut menjadi korban.
Menurut Direktur RSUD dr. Slamet Garut, dr Husodo D. Adi, Sp OT, ada 7 (tujuh) dokter di RSUD dr. Slamet dinyatakan terkonfirmasi Covid-19, setelah menjalani swab test. Mereka yang terpapar sehari-harinya bertugas merawat pasien Covid-19.
“Ya, ada tujuh tenaga medis yang terkonfirm Covid-19. Diantaranya dokter obgyn dua orang, dokter anak dua, dokter internis satu orang, dokter bedah satu dan neurologi satu orang,” kata Husodo, Kamis (17/06/2021).
Menurut dia, terpaparnya para tenaga medis itu lantaran akhir-akhir ini banyak pasien terkonfirmasi Covid-19 yang datang ke RSUD dr Slamet. Disebutkan kondisi para nakes yang terpapar Covid-19 termasuk orang tanpa gejala (OTG) dan sebagian melakukan isolasi di RSUD, sedangkan sebagian lainnya melakukan isolasi mandiri di rumah masing-masing.
“Tentunya dari pasien. Karena memang belakangan ini banyak pasien terkonfirm Covid yang datang ke RSUD dr Slamet. Sampai saat ini pun masih ada yang antri di IGD, karena memang ruang isolasi penuh,” katanya.
Garut Kembali Menerapkan PPKM
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Garut akan kembali melakukan pembatasan kegiatan masyarakat didaerahnya menyusul kasus Covid-19 di Kabupaten Garut yang kembali meningkat cukup signifikan. Meski demikian, Bupati Garut, Rudy Gunawan, memastikan pembatasan di Garut tidak akan seketat seperti di Bandung Raya.
“Ada pembatasan lagi besok kita putuskan tapi karena kita masih zona orange, maka kita tidak ada pembatasan radikal seperti Kota Bandung, di Garut ini hanya 25% nah kalau ada di kita di zona merah, semua kegiatan termasuk perkawinan (dibatasi),” Ujar Bupati Garut saat diwawancarai awak media seusai melaksanakan silaturahmi dengan Kapolres baru, AKBP Wirdhanto Hadicaksono, di Ruang Pamengkang, Kecamatan Garut Kota, Kabupaten Garut pada Kamis, 17 Juni 2021.
Ia menegaskan, di Kabupaten Garut masih diperbolehkan melangsungkan pernikahan, namun setiap acara pernikahan akan dijaga ketat oleh personil Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) dan polisi, agar tidak terjadi pelanggaran protokol kesehatan di lokasi acara.
“Sekarang ini (resepsi) perkawinan boleh, tetapi akan dijaga ketat oleh Satpol PP dan polisi, tetapi kapasitasnya tidak boleh banyak kita akan kirimkan Satpol PP terutama ke WO (Wedding Organizer) disiplin, mohon disiplin jadi kalau seren sumeren (prosesi akad nikah) jangan terlalu lama,” ucapnya.
Bupati Garut mengungkapkan salah satu alasan terjadinya lonjakan kasus di Garut, karena pihaknya banyak melakukan rapid test antigen di wilayah-wilayah yang terindikasi memiliki penyebaran yang cukup masif.
“Yang kedua memang kita ada peningkatan karena Garut jujur saya beli antigen aja 20 ribu jadi kami ingin misalnya sekarang kejadian di Cisompet, di Pakenjeng dan lain-lain kami melakukan proses antigen, kemarin hampir 400 lonjakannya itu termasuk beberapa Puskesmas karena kami diantigen, saya tidak mau mengambil risiko semua diantigen seperti itu,” ungkap Bupati Garut.
Ia menuturkan Pemkab Garut melakukan banyak rapid test antigen agar orang-orang yang positif Covid-19 namun tidak bergejala tidak berkeliaran dan merugikan orang lain setelah mengetahui hasil dari tes tersebut.
“Kita kan diminta mereka ada di rumah sebenarnya tau dia positif jadi dia harus memahami tidak boleh merugikan orang lain, jadi kalau tidak diantigen dia tidak tau OTG berjalan ke sana kesini berjalan-jalan, jujur lebih efektif (memperbanyak swab).” pungkasnya. (*)
