• Disclaimer
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
  • Tentang Kami
Saturday, April 17, 2021
Garut Express
Advertisement
  • Beranda
  • News
    • Berita Umum
    • Luar Negeri
    • Nasional
    • Politik
  • Budpar
    • Pariwisata
    • Seni & Budaya
  • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Forum
    • Opini
    • Surat Pembaca
    • Satire
    • Profil
    • Reportase Khusus
    • Sindir Sampir
  • Data
  • Olahraga
  • GE Tv
  • Ototekno
    • Motor
    • Mobil
    • Gawai
    • Komputer
  • Next
    • Banyolan
    • Berita Photo
    • Cerbung
    • Cerpen
    • Kuliner
    • Kesehatan
    • Lapak Express
    • Nomor Penting
      • Hotel
      • Kantor Pos
      • Polisi
      • Puisi
No Result
View All Result
  • Beranda
  • News
    • Berita Umum
    • Luar Negeri
    • Nasional
    • Politik
  • Budpar
    • Pariwisata
    • Seni & Budaya
  • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Forum
    • Opini
    • Surat Pembaca
    • Satire
    • Profil
    • Reportase Khusus
    • Sindir Sampir
  • Data
  • Olahraga
  • GE Tv
  • Ototekno
    • Motor
    • Mobil
    • Gawai
    • Komputer
  • Next
    • Banyolan
    • Berita Photo
    • Cerbung
    • Cerpen
    • Kuliner
    • Kesehatan
    • Lapak Express
    • Nomor Penting
      • Hotel
      • Kantor Pos
      • Polisi
      • Puisi
No Result
View All Result
Garut Express
No Result
View All Result

Wabah Penyakit Mematikan dalam Catatan Ibnu Battutah

Juragan Farhan by Juragan Farhan
March 23, 2020
in Reportase Khusus
0
Wabah Penyakit Mematikan dalam Catatan Ibnu Battutah

FOTO ; Ilustrasi lukisan : ISTIMEWA.***

Bagikan Berita Ini :

garutexpress.id- Ibnu Battuta atau Muhammad bin Batutah yang bernama lengkap Abu Abdullah Muhammad bin Abdullah Al-Lawati At-Tanji bin Batutah adalah seorang Musafir Muslim legendaris pada abad 14. Dalam perjalannya menjelajahi dunia, ia sempat memasuki wilayah-wilayah yang terjangkit penyakit yang mematikan.

Pria dan wanita yang terkena wabah pes dengan ciri khas di kulit mereka, Ini berasal adalah lukisan abad pertengahan dari Alkitab berbahasa Jerman 1411 dari Toggenburg, Swiss. (Everett Historical/Shutterstock).

Tatkala Ibnu Battuta tengah menikmati pertemuan dengan para ulama di Aleppo pada pertengahan 1348, datang para musafir dari selatan. Mereka membawa kabar tentang penyakit yang merebak di Gaza, di perbatasan Mesir.

Setiap hari lebih dari 1000 orang mati. Bisul atau pembengkakan yang panas muncul di paha, ketiak, atau kuduk, disertai mual, sakit di kepala, perut, dan kaki. Korbannya tak bisa tidur dan terus mengigau.

“Apabila korban mulai meludahkan darah dan menampakkan gejala radang paru-paru, biasanya ia mati dalam beberapa jam,” kata Ibnu Battuta dalam memoarnya, Rihla.

Di tengah keributan soal penyakit misterius ini, Ibnu Battuta memutuskan kembali ke selatan. Namun, dalam perjalanan ia malah berada di tengah-tengah penyakit menular itu. Tiga ratus orang mati di tempat itu. Ia kemudian meneruskan perjalanan ke Damaskus. Sampai di sana, ia kembali menemukan penyakit mematikan itu.

Ketika memasuki Palestina, Ibnu Battuta melintasi desa-desa yang tak berpenghuni. Baru di Yerusalem, ia menemukan penyakit itu sudah mereda.

Khatib masjid raya setempat sempat mengundangnya untuk melakukan nazar, tanda terima kasih kepada Tuhan karena terhindar dari kematian. Bersama dua orang asal Afrika Utara, ia kemudian meneruskan perjalanan melalui Yudea ke Gaza yang sudah hampir kosong setelah bangkit dari kematian.

Michael Walters Dols, sejarawan Amerika Serikat, dalam The Black Death in the Middle East menulis, seperti di Mesir, tanah dan harta kekayaan kota dengan cepat diasingkan. Perdagangan dan industri ikut lumpuh. Sampai-sampai Sultan Mamluk, al-Hasan mengungsi dari Kairo ke Siyaqus, wilayah pedesaan di timur laut Kairo pada September 1348. Ia menjauhi ibu kota selama tiga bulan.

Kendati demikian banyak masyarakat justru melarikan diri dari desa ke kota karena akses terhadap layanan agama, pengobatan, dan makanan lebih mencukupi. “Di mana pun epidemi itu ada, di sana ada bukti kalau wilayah pedesaan ditinggalkan,” tulis Dols.

Dalam Muqaddimah, sejarawan muslim, Ibnu Khaldun, juga menulis tentang penyakit itu : “Yang terjangkit adalah peradaban di timur dan di barat. Penyakit destruktif itu menghancurkan bangsa-bangsa, menyebabkan punahnya populasi. Ia menelan banyak hal yang baik dari peradaban dan memusnahkannya. Peradaban berkurang dengan berkurangnya kemanusiaan. Kota dan bangunan-bangunan ditinggalkan. Jalan-jalan besar dan kecil dilenyapkan. Permukiman dan bangunan besar menjadi kosong. Wangsa-wangsa dan suku-suku etnik melemah. Seluruh hunian di dunia telah berubah.”

Sementara itu, menurut Ross E. Dunn, sejarawan San Diego State University, dalam Petualangan Ibnu Battuta, Seorang Musafir Muslim Abad 14, catatan kematian terus meningkat menjadi 2.000 orang per hari. Penduduk kalang kabut. Kegiatan kota sehari-hari terhenti.

Sebelum sampai ke telinga Ibnu Battuta, pada 1346 malapetaka itu sudah menyerang Konstantinopel, menyebar ke Venesia dan Genoa. Di Sisilia dan Mesir, epidemi muncul hampir bersamaan, yaitu pada musim panas 1347.

Tahun berikutnya, kapal-kapal pembawa maut berlayar ke arah barat melalui Laut Tengah sambil melepaskan muatan jahat di pelabuhan yang satu ke pelabuhan lainnya. Dari pelabuhan-pelabuhan, iring-iringan keledai dan karavan-karavan unta memindahkan penyakit itu lagi ke pedalaman Eropa, Afrika Utara, dan Timur Tengah.

“Paris dan Bordeaux, Barcelona dan Valencia, Tunis dan Kairo, Damaskus dan Aleppo, juga menderita kematian besar-besaran akibat penyakit itu pada musim semi dan musim panas 1348,” catat Dunn.

Berikutnya, penyakit menular itu bergerak ke lembah delta Nil. Wabahnya menyeberang Selat Inggris ke Kepulauan Inggris. Barulah pada akhir 1350 serangan penyakit itu berhenti dengan sendirinya. Kendati begitu, Eropa mungkin telah kehilangan sepertiga dari jumlah penduduknya. Khusus di Kairo populasi sebelum ada penyakit sekitar 500.000, turun menjadi 200.000.

Penyakit yang tercatat dalam kisah Ibnu Battuta itu menyebar melintasi padang rumput Asia Tengah ke pantai-pantai Laut Hitam. Penyakit itu biasa terdapat di kalangan populasi binatang pengerat dalam lubang-lubang tanah di padang rumput Asia Tengah.

Menurut Dunn, penyakit itu mulai muncul di kalangan rakyat penggembala Asia Tengah bagian timur. Lalu menyebar keluar sepanjang rute-rute perdagangan ke arah barat dan barat daya mulai sekira 1331. Kutu-kutu itu bersembunyi di antara barang-barang dagangan dalam rangkaian kereta dagang atau dalam tempat penyimpanan di lokasi persinggahan karavan.

“Tanpa diketahui mereka membawa serta penyakit itu melalui jaringan komersial di padang rumput,” tulis Dunn.

Epidemi yang kemudian dikenal sebagai Black Death atau pes ini dipindahkan dari hewan ke manusia lewat gigitan sejenis kutu. Kutu ini berkembang biak dan hidup dalam bulu kulit tikus yang tertular. Kutu-kutu yang terkena infeksi itu menemukan jalannya ke kantung-kantung gandum dan bahan-bahan makanan atau pakaian. Kutu-kutu itu kemudian membawa kuman Yersinia pestis ke peredaran darah manusia. Penyakit itu menjadi lebih mematikan setelah dipindahkan langsung dari manusia kepada sesamanya.

Makin Rajin Ibadah

Epidemi yang merebak turut mengubah kebiasaan masyarakat. Mereka menjadi lebih rajin salat dan berdoa. Pekerjaan seperti memandikan, membersihkan, dan mengubur yang mati hampir tak ada habisnya.

“Persediaan peti mati dan pakaian penguburan cepat habis. Para penggali kuburan yang bertahan hidup meminta upah amat tinggi untuk pekerjaan mereka,” catat Dunn.

Masjid jarang yang buka. Petugas dan anggota pengurusnya mati. Banyak yang melarikan diri dari penyakit itu, namun sia-sia mengelaknya. Mereka mati di sepanjang jalan beserta kuda dan untanya.

“Baik kaum muslim maupun Kristen berjuang untuk memasukkan malapetaka yang belum pernah terjadi sebelumnya itu ke dalam kerangka makna spiritual,” tulis Dunn.

Pada saat itu tak ada yang punya penjelasan medis mengenai wabah ini. Penyakit menular itu umumnya dihubungkan dengan racun yang keluar dari tanah. Jadi semacam pencemaran udara. “Beberapa pihak berwenang mengaitkannya dengan angin yang tercemar, suatu ‘tiupan angin beracun’ yang misterius, yang bertiup dari Asia Tengah atau dari lautan terbuka,” tulis Dunn.

Saran pencegahan penyakit pun muncul beraneka rupa. Orang muslim dianjurkan untuk hidup di udara yang segar. Mereka yang terkena penyakit disarankan mengeluarkan darahnya, mengoleskan kuning telur pada benjolan, memakai jimat, atau menyebarkan bunga-bunga segar di atas tempat tidur.

“Di atas segalanya, para hamba Tuhan itu dianjurkan sekali untuk melewati malam-malam mereka di dalam masjid dan meminta kemurahan Tuhan,” tulis Dunn.

Ibnu Battuta sendiri tak bicara apa-apa tentang upaya dirinya agar tak terjangkit penyakit mematikan itu. Ia meninggalkan Kota Damaskus pada suatu waktu sesudah Juli 1348 dalam kondisi sehat. Padahal penyakit menular itu sedang menggasak sekelilingnya. Ia meneruskan perjalanannya ke Makkah melalui Mesir, tempat di mana amuk Maut Hitam sama buruknya dengan di Suriah, kalau bukan lebih parah. (*)

Dari berbagai sumber


Bagikan Berita Ini :
Tags: Ibnu BatuttahMusafirSejarah Penyakit MematikanWabah Penyakit

Previous Post

Jangan Panik! Berikut 5 Cara Cegah Virus Corona Mewabah

Next Post

Dinyatakan ODP Covid-19, Warga Pananjung Isolasi Diri di Rumah Kontrakan

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Berita Terbaru

Yahya Suwandi, Bakal Calon Kades Cikondang Siap Matandang

Yahya Suwandi, Bakal Calon Kades Cikondang Siap Matandang

April 16, 2021
Bupati Gelar Rapat Terbatas dengan Jajaran Direksi PDAM Garut, Ada Apa?

Bupati Gelar Rapat Terbatas dengan Jajaran Direksi PDAM Garut, Ada Apa?

April 16, 2021
Jelang Pilkades Serentak, BNNK Lakukan Tes Urine bagi Ratusan Bakal Calon Kades

Jelang Pilkades Serentak, BNNK Lakukan Tes Urine bagi Ratusan Bakal Calon Kades

April 14, 2021
Lagi! Bupati Lantik Puluhan Pejabat Baru di Pemkab Garut, Berikut Daftar Lengkapnya

Lagi! Bupati Lantik Puluhan Pejabat Baru di Pemkab Garut, Berikut Daftar Lengkapnya

April 12, 2021
Jaga Stabilitas Harga Pangan, DKP Garut Laksanakan Program Pangling

Jaga Stabilitas Harga Pangan, DKP Garut Laksanakan Program Pangling

April 11, 2021
Hangus, Satu Rumah dan 2 Unit Motor Baru Terbakar di Bungbulang

Hangus, Satu Rumah dan 2 Unit Motor Baru Terbakar di Bungbulang

April 11, 2021
Gempa Guncang Malang dan Sekitarnya, Beberapa Orang Dilaporkan Meninggal

Gempa Guncang Malang dan Sekitarnya, Beberapa Orang Dilaporkan Meninggal

April 10, 2021
Bulan Suci Ramadhan Segera Tiba, Stok Ketersediaan Sembako di Garut Disorot

Bulan Suci Ramadhan Segera Tiba, Stok Ketersediaan Sembako di Garut Disorot

April 10, 2021
Tangkap Ikan Impun Ramai-ramai, Tradisi Jelang Bulan Suci Ramadhan di Pesisir Pantai Cilayu

Tangkap Ikan Impun Ramai-ramai, Tradisi Jelang Bulan Suci Ramadhan di Pesisir Pantai Cilayu

April 10, 2021
Sempat Bermasalah, Proyek Pembangunan Pasar Leles Segera Dilelang Lagi

Sempat Bermasalah, Proyek Pembangunan Pasar Leles Segera Dilelang Lagi

April 10, 2021
Garut Express

Portal berita garutexpress.id merupakan media online yang menampilkan peristiwa seputar Kabupaten Garut secara tepat, cepat dan akurat.

Currently Playing

Berita Terbaru

  • Yahya Suwandi, Bakal Calon Kades Cikondang Siap Matandang
  • Bupati Gelar Rapat Terbatas dengan Jajaran Direksi PDAM Garut, Ada Apa?
  • Jelang Pilkades Serentak, BNNK Lakukan Tes Urine bagi Ratusan Bakal Calon Kades
  • Lagi! Bupati Lantik Puluhan Pejabat Baru di Pemkab Garut, Berikut Daftar Lengkapnya
  • Jaga Stabilitas Harga Pangan, DKP Garut Laksanakan Program Pangling
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
  • Tentang Kami

© 2021 Garut Express - Dari Garut Untuk Dunia by Melones Inpreneur.

No Result
View All Result

© 2021 Garut Express - Dari Garut Untuk Dunia by Melones Inpreneur.

Login to your account below

Forgotten Password?

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Bagikan Berita Ini :

Please disable your adblocker or whitelist this website!

Reload the pages after disable your AdBlocker. Thanks For Your Support

Nonaktifkan adblocker Anda atau masukan situs web ini ke whitelist!

Muat ulang halaman setelah menonaktifkan AdBlocker Anda. Terima kasih atas dukungannya


Bagikan Berita Ini :