garutexpress.id – Wisudawan Universitas Garut (Uniga), Fauzi Junia Rahman (22), yang meninggal dunia sebelum melaksanakan wisuda bercita-cita untuk meneruskan pendidikannya. Jurusan teknik elektro diambil karena kegemarannya.
Awan Djuanda (64), ayah Fauzi mengungkapkan jika anaknya bisa menyelesaikan studi selama empat tahun. Fauzi sebelumnya menargetkan untuk kembali menempuh pendidikan ke jenjang pascasarjana.
“Tapi cita-citanya itu harus putus karena sudah dipanggil lebih dulu. Saya mewakili anak saya datang ke acara wisuda ini,” ujar Awan di Kampus Uniga, Sabtu (7/3/2020).
Fauzi berkeinginan menjadi dosen di almamaternya. Menurut Awan, di mata rekan-rekannya, Fauzi merupakan anak yang cerdas.
“Diandalkan sama teman-temannya. Kalau temannya ada yang enggak paham, suka tanya ke anak saya,” katanya.
Rekan seangkatan, senior, dan junior kerap berkumpul di rumah Fauzi di Kampung Samangen, RT 1/7, Desa Wanasari, Kecamatan Wanaraja. Banyak yang tak menyangka, jika Fauzi dipanggil lebih dulu sebelum bisa merasakan wisuda.
“Sudah diajak jadi dosen juga di Uniga. Makanya ingin lanjutkan kuliah lagi. Saya berterima kasih ke kampus, karena sudah menerima anak saya,” tuturnya, lirih.
Awan Djuanda (64), tampak tegar saat hadir dalam acara wisuda Universitas Garut (Uniga). Kedatangannya itu tak bersama anaknya, Fauzi Junia Rahman (22). Seharusnya hari ini, Awan bisa menyaksikan anaknya mengenakan baju toga.
Namun harapan itu pupus, karena Fauzi meninggal dunia di awal tahun. Beberapa pekan setelah sidang di bulan Januari, mahasiswa jurusan Teknik Elektro itu menghembuskan nafas terakhirnya.
Awan pun hadir untuk mewakili anaknya diwisuda. Meski sedih tak bisa melihat anaknya diwisuda, ayah enam anak ini sangat bangga karena Fauzi meraih cumlaude dengan indek prestasi kumulatif (IPK) 3,62.
Kepergian anaknya yang keempat itu disebut Awan sangat mendadak. Sebulan sebelum sidang skripsi, anaknya mengeluh sakit. Mulanya hanya menderita influenza biasa.
“Dibawa berobat ke dokter. Dua kali saya bawa berobat ke dokternya. Tapi setelah itu malah barus dirawat di RS Guntur selama seminggu,” kata Awan di Kampus Uniga, Sabtu (7/3/2020).
Baru diam di rumah selama tiga hari, Fauzi merasa sakit dan kembali dibawa ke dokter. Saat itu, dokter menyebut jika Fauzi harus dirujuk ke RS Boromeus, Bandung.
“Di Bandung, anak saya dicek lab darah dua kali. Terus harus Dicek darah lagi ke Jakarta. Diagnosanya almarhum kena leukimia (kanker darah),” ucap warga Kampung Samangen, RT 1/7, Desa Wanasari, Kecamatan Wanaraja.
Awan menyebut, rencananya Fauzi akan menjalani kemoterapi. Namun sebelum dilakukan, anaknya sudah meninggal dunia.
Meski sudah tak ada, Awan mengaku semangat anaknya masih sangat terasa. Ia bangga karena anaknya bisa lulus tepat waktu.
“Skripsinya sudah beres sebelum sakit itu. Jadi saat sidang, dalam kondisi sakit. Tapi tetap semangat mau sidang itu,” ujar Awan sambil menahan tangis ketika mengingat sosok anaknya.(*)
Penulis : FW
Editor : ER