garutexpress.id- Sejak masa kedaruratan wabah virus corona (COVID-19) dan seiring dberlakukannya social distancing sehingga mengharuskan masyarakat tinggal di rumah memicu terhadap mpenurunan daya beli.
Menurut Kepala Bidang Perdagangan pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Garut, Erwin.SN, S.Sos, MSi, dalam dua pekan terakhir terjadi penurunan daya beli masyarakat hingga 40 persen.
“Selama dua minggu diberlakukannya Social Distancing, daya beli masyarakat Kabupaten Garut menurun hingga 40 persen,” ungkap Erwin, Jum’at (27/3/2020).
Sementara itu, Ketua LBH Serikat Petani Pasundan (SPP), Yudi Kurnia, SH.MH, mengaku khawatir, jika kondisi tersebut tidak segera diambil langkah penanganannya maka rentan menimbulkan gejolak sosial.
“Meski belum diketahui secara pasti penyebab menurunnya daya beli masyarakat Kabupaten Garut, saya khawatir situasi ini bisa berdampak luas terutama munculnya gejolak sosial yang berujung terancamnya kondusifitas keamanan,” ungkapnya.
Yudi menyampaikan tips solusi mengatasinya, pemerintah, baik pusat maupun daerah harus segera membuat kebijakan melalui program bantuan sosial untuk mengatasi meningkatnya kemiskinan.
“Dalam situasi seperti sekarang, sebenarnya hanya petani yang siap menghadapi krisis pangan. Masalahnya, apakah pemerintah menyadari hal itu,” tukasnya.
Yudi menyarankan, efektifkan dan kawal para petani agar hasil produksinya maksimal serta harga pasar yang tidak merugikan mereka.
“Seluruh pemangku kepentingan harus terintegrasi agar kebijakan satu sama lain ada hubungannya dengan meningkatnya kembali daya beli masyarakat. (*)
Penulis : Tim GE
Editor : ER