garutexpress.id- Kericuhan sempat mewarnai aksi demontrasi mahasiswa yang menduduki DPRD Garut. Mahasiswa yang tengah beraudensi tak terima dengan pernyataan dari Yuda Puja Turnawan, anggota DPRD dari Fraksi PDIP.
Awalnya mahasiswa menanyakan kepada anggota dewan terkait pasal apa saja yang merugikan dalam draft RUU KUHP. Yuda lalu menjawab pertanyaan mahasiswa itu dan tak menyetujui tuntutan soal pencabutan draft RUU.
“Ada 600 pasal lebih di draft itu. Jangan cabut draft RUU karena banyak yang baik,” ujar Yuda menyampaikan pendapatnya kepada mahasiswa.
Ucapan Yuda itu tak diterima oleh mahasiswa. Mahasiswa terus berteriak menentang pernyataan Yuda.
Aksi saling tunjuk pun terjadi antara mahasiswa dan Yuda. Mahasiswa yang emosi dengan pernyataan itu makin memadati bagian depan meja anggota dewan.
Bahkan sejumlah mahasiswa melemparkan botol dan kardus ke arah anggota dewan. Perdebatan sengit sempat terjadi. Yuda pun akhirnya diamankan oleh kepolisian untuk mendinginkan suasana.
Sejumlah mahasiswa pun sempat mengejar Yuda yang dibawa ke bagian belakang ruang paripurna. Namun aparat kepolisian bisa menahan mahasiswa dan meminta mereka kembali.
Kericuhan pun akhirnya bisa diredam oleh aparat kepolisian. Para mahasiswa pun kembali menyampaikan tuntutannya.
Tuntutan mahasiswa Garut akhirnya diterima DPRD Garut. Setelah melakukan aksi sejak pagi hari, tujuh tuntutan mahasiswa ditandatangani anggota dewan.
Upaya agar tuntutan mahasiswa bisa diterima dilakukan setelah menduduki DPRD Garut selama empat jam. Anggota dewan pun akhirnya bersepakat untuk menyampaikan tuntutan mahasiswa.
Selain itu, anggota dewan siap memfasilitasi para mahasiswa untuk pergi ke Jakarta. Usai tuntutannya diterima, sekitar pukul 14.30, mahasiswa akhirnya membubarkan diri.
Wakil Ketua DPRD Garut, Enan, mengatakan, sengaja menerima mahasiswa ke ruang paripurna. Jika dibiarkan, ia khawatir akan berdampak luas masalahnya.
“Nanti kami akan sampaikan aspirasi mahasiswa ke pusat. Perancang UU itu kan pusat (DPR). Apalagi sejumlah RUU sudah ditunda pengesahannya,” kata Enan, Rabu (25/9/2019).
Enan pun berjanji akan memfasilitasi mahasiswa Garut untuk pergi ke Jakarta. Terkait adanya perbedaan pendapat antara mahasiswa dengan salah satu anggota dewan, Enan menilai sebagai hal biasa.
“Dalam demokrasi sah-sah saja dalam beda pendapat. Itu hak politis mereka. Sama-sama hargai saja,” ujarnya.
Enan pun mempersilakan mahasiswa untuk menjadwalkan ulang jika ingin bertemu dengan ketua dewan. Pasalnya saat ini, ketua dewan tengah berduka karena ibunya meninggal dunia.
“Saya sudah datang ke rumahnya dan memang ibunya meninggal dunia. Itu bukan omong kosong,” ucapnya. (*)
Penulis : FW
Editor : ER