garutexpress.id- Pantai Sayang Heulang di kawasan Garut selatan setiap libur Lebaran, ahir tahun, dan liburan sekolah kerap dipadati pengunjung. Dan pengunjung juga datang ke lokasi wisata itu tidak gratis tetapi dipungut retribusi.
Namun masyarakat mempertanyakan kemana larinya uang retribusi tersebut, karena selama ini kondisi Pantai Sayang Heulang tidak berubah, artinya hanya seperti itu bahkan sekarang kondisinya sangat memprihatinkan.
Pengurus Cabang Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Kabupaten Garut, Raden Irfan NP menilai, dari presfektif ekologi, kawasan wisata ini tidak pernah bebas dari sampah sisa-sisa pengunjung.
“Tahun kemarin saya keliling area wisata pantai ini, dan kondisinya sama, sampah-sampah sisa liburan tidak pernah mudik ketempat sampah.” Ujar Raden, yang merupakan warga setempat.
Ia menyebutkan, dari tahun 2016, ruas jalan sampai saat ini kondisinya tetap sama belum di aspal. Begitupun dengan Gapura masuk kawasan pantai kondisinya sangat menghawatirkan. Sementara pada malam hari akses menuju Pantai nampak gelap dan menyeramkan.
Hal ini disebabkan bahwa PJU atau Penerangan Jalan Umum menuju pantai ini tidak tersedia. Padahal, alokasi dana dari retribusi dari tahun ke tahun termasuk dana hasil objek wisata selalu masuk ke kas daerah.
“Dan yang paling parah adalah tulisan Sayang Heulang yang terbuat dari fiber. Maksud inspiratif pembuatan tulisan itu memang baik, namun sebetulnya untuk daerah wisata sekelas Sayang Heulang yang sangat familiar justru malah menjadi cemoohan publik.
Dilokasi tersebut banyak para pengunjung yang berfoto selfi, namun dengan instrumen alakadarnya, apa boleh buat lokasi itu malah menuai respon publik. Ini hebat, sangat kreatif namun sayang, para pengunjung malah membandingkannya dengan area selfi yang ada di pantai Pangandaran,” kata Raden. (*)
Penulis : Alle
Editor : ER