Garutexpress.id– Kabupaten Garut terkenal dengan berbagai budayanya. Salah satunya adalah seni buhun Surak Ibra.
Kesenian ini terletak di sebelah timur Garut, tepatnya di Kampung Sindangsari, Desa Cinunuk, Kecamatan Wanaraja, kabupaten Garut, Jawa Barat. Kesenian ini pertama kali diciptakan pada tahun 1910 oleh Rd. Djadjadiwangsa putera Rd. Wangsa Muhammad (Pangeran Papak).
Kesenian ini memiliki arti tersendiri yakni sebagai sindiran atau protes kepada pemerintahan Belanda pada zaman dahulu yang selalu bertindak sewenang – wenang kepada warga pribumi dan keinginan masyarakat untuk memupuk rasa persatuan dan kesatuan antara pemerintah dan masyarakat.
Kesenian ini dahulunya dikenal oleh masyarakat Garut sebagai seni Boyongan atau Boboyongan dengan menampilkan salah satu masyarakat disana yang bernama Pak Ibra seorang pendekar silat yang memiliki kharisma di Garut sebagai tanda penghormatan.
Pertunjukan Surak Ibra didominasi oleh sejumlah laki – laki. Dimulai dengan beberapa pemuda yang berbaris dengan formasi berbanjar sambil membawa obor menyala sambil melakukan gerakan silat.
Setelah itu disusul oleh rombongan penari Surak Ibra sejumlah 30 sampai 60 orang dengan mengenakan kostum pesilat yang bergerak dengan penuh semangat sambil memperagakan gerakan silat.
Dari keseluruhan peserta terdapat seorang yang mengatur atau memberi komando, dengan instruksinya ini semua penari hingga musik pengiring semuanya serempak dalam satu irama. Disambung dengan teriakan sorak sorai yang begitu meriah. Ketika mereka melakukan formasi lingkaran, salah satu dari mereka yang bertindak sebagai tokoh yang akan di angkat (boyong), lingkaran yang semakin sempit membuat tokoh tadi pasrah diangkat naik turun oleh penari Surak Ibra sambil di iringi musik dan sorak sorai yang semakin meriah.
Setelah selesai mereka akan kembali ke formasi semula dan disebut dengan Helaran sambil di iringi dengan musik yang semakin bertabuh. Secara umum musik pengiring surak ibra hampir sama dengan iringan musik Kendang Pencak, hanya saja didalam kesenian ini ada tambahan alat musik tradisional lainnya seperti angklung dan dogdog yang berfungsi sebagai pelengkap.
Lagu – lagu yang biasa dibawakan dalam kesenian ini seperti Golempang, Padungdung, dan lain- lain. Didalam pertunjukan Surak Ibra terdapat beberapa makna yang terkandung, diantaranya makna Syukuran.
Masyarakat sebagai komunitas biasanya memiliki cara syukuran berdasarkan caranya yang diwariskan perintisnya. Sebagaimana halnya Surak Ibra, yang bertolak dari rasa penghormatan kepada karisma Bapak Ibra sebagai pendekar Silat yang disegani di Garut pada saat itu.
Juga makna teatrikal. Tampilan Surak Ibra dengan jumlah pendukungnya lebih dari 60 orang, menunjukan peluang teatrikal, apalagi ketika adegan boboyongan naik turun dibarengi dengan sorak sorai serempak. (AI)